Minggu, 15 Maret 2015

Ujung (Hujung) Lurus, Pangkal Berkait.

   
    Setiap orang pasti mempunyai kesalahan, kita sendiri pun menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam hidup kita. cuma kadang beberapa orang itu belum nyadar juga kalau hal yang dia lakuin jelas-jelas salah. apalagi kalau kesalahan tersebut menyangkut dengan kehidupa kita pasti bakalan risih kan? temanmu yang pernah salah pasti bakalan dimaafkan bila ia mengakui kesalahannya tersebut. tetapi buat mereka yang tak tau diri walaupun sudah pernah dimaafkan pasti bakalan melakukannya lagi.
  



     Dulu waktu SMP saya mempunyai 2 teman. Dia itu namanya Si M dan Si K. Pertama-tama dia itu sifatnya baik,ramah ke semua teman saya yang lain. Dia itu sudah menjadi sahabat saya sejak kelas 7 sampai kelas 9.


    Pada hari itu saya tidak masuk selama 2 hari, karena saya sakit saya tidak masuk hari senin dan selasa. Saya hari Rabu masuk sekolah, selama saya tidak masuk sahabat dua saya ini sikapnya sangat berubah ke saya. Saya langsung heran dan bertanya “kenapa kalian bersikap gitu ke saya”, kemudian saya langsung duduk dan berfikir kenapa sahabat saya sikapnya sangat berubah waktu saya habis tidak masuk. Tidak lama lagi saya dibilangin sama teman saya yang lain “kenapa sahabat kamu ini berubah 100%, karena sahabat kamu itu dipengaruhi oleh teman sahabat yang tidak suka kamu”.

    Saya langsung mencari siapa yang telah mempengaruhi sahabat saya. Tidak lama lagi saya bertemu sama si F, Dia ini yang telah mempengaruhi sahabat saya sampai mereka berdua benci sama saya. Saya langsung tidak lama melabrak anak itu, ternyata anak itu mempengaruhi sahabat saya supaya persahabatan aku sama mereka pecah. Saya langsung menjelaskan ke mereka kalau dia itu ingin merusak persahabatan kita yang terjalin lama.
  


    Tetapi mereka berdua tidak mau mendengarkan perjelasan saya, mereka langsung memutuskan untuk tidak bersahabatan lagi. Saya sudah menjelaskan tapi mereka gak mau, yaudah saya langsung bertanya ke teman saya lagi. Betul kan dugaan pikiran saya dengan teman saya bahwa sahabat saya yang si M itu dari dulu enggak suka sama saya. dia itu bersikap baik tetapi hati nya itu busu, dari dulu saya sudah berprasangka buruk ke dia bahwa dia tidak baik untuk ku.




    Saya memutuskan untuk tidak bersahabatan lagi sama mereka lagi, mendingan saya tidak mempunyai sahabat daripada didepan berbuat baik tetapi dibelakang saya berbuat jahat. Saya sadar bahwa sahabat itu bisa mempunyai sifat yang selicik, kita itu harus memilih teman atau sahabat yang benar-benar baik dan tidak suka membicarakan kejelakan sahabatnya dibelakang. Dari cerita itu ada peribahasa “Ujung (Hujung) Lurus, Pangkal Berkait” yang artinya Peribahasa Hujung lurus, pangkal berkait dapat anda gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai suatu perumpamaan yang mempunyai arti Orang yang terlihat baik dari luar akan tetapi memiliki hati yang jahat.  Sekian dari saya terima kasih 

Apa Gunanya Kemenyan Sebesar Tungku Kalau Tidak Dibakar


     
    Pintar berhubungan erat dengan ilmu Pengetahuan. Penting bagi kita mempelajari sesuatu untuk mendapat ilmu pengetahuan tersebut. Banyak sekali manfaat akan ilmu pengetahuan. Namun apalah jadinya jika ilmu itu hanya dibuat seorang diri tanpa memerdulikan orang lain yang ingin belajar darinya.
  
    Dulu waktu SMP saya mempunyai 1 teman, namanya itu si B .dia  itu mempunyai sifat yang tidak bisa diajak kerja sama dalam mengerjakan tugas. Dia kalau sudah mendapatkan ilmu banyak tidak mau dibagi-bagikan ke teman yang lainnya. Dia sangat egois dalam hal ilmu pengetahuan.



     Pada suatu hari di sekolah SMP saya mengadakan ulangan akhir semester. Pada hari Rabu itu saya sedang ulangan pelajaran Matematika. Matematika itu sangat sulit bagi saya, karena saya tidak suka sama pelajaran hitung-hitungan. Saya mengerjakan yang mudah dulu dengan kemampuan saya, lalu saya tanyak ke teman belakang saya “bagaimana rumus nya itu?”.



    Kemudian teman saya yang belakang tidak ngasik rumus malahan ngasik jawaban, karena waktunya itu kurang 30 menit. Saya dikasik tau jawabannya cuman 6 soal, pekerjaan saya kurang 19 soal lagi. Otomatis saya tergesah-gesah banget dalam mengerjakan ulangan tersebut. Kemudian saya bertanya ke teman saya yang egois itu cuman 2 soal, teman saya yang egois itu menjawabnya dengan lama banget.





    Saya tidak sabar menunggu jawabannya dari si dia, Lalu saya mencari kertas kosong. Kertas kosong tadi saya tulis angka 15 sama 20, lalu saya lemparkan ke si dia . Dia malah marah- marah ke aku. Katanya aku ganggu pekerjaan nya padahal si dia itu kurang 1 nomer.



    Saya langsung bilang ke teman saya yang belakang, malahan dia nyuruh saya nyontek ulangannya. Saya terpaksa nyontek karena waktu nya mau habis, lalu ulangan saya kumpullin ke depan meja guru. Saya sadar bahwa ilmu pengetahuan atau kepandaian itu hendaknya dibagikan atau diajarkan ke orang lain, karena jika tidak begitu dapat hilang begitu saja. Semoga saja saya tidak mempunyai teman yang seperti itu sukanya tidak mau membagi-bagikan ilmu ke orang lain . Sekian dari saya terima kasih .



   Dengan nafas terengah-enggah setelah mengendarai sepeda. Aku terhenti saat aku melihat dia, aku tak tau siapa dia. Wajahnya cukup cantik dan manis, aku singgah membeli segelas air untuk melepaskan dahaga yang melanda tenggorakanku.
   
   Setelah beristirahat aku langsung mengayuh sepeda untuk pulang ke rumah. Sesampai dirumah, kedua orang tuaku sedan pergi ke sebuah tempat yang aku tidak tau. Aku segera pergi mandi karena badanku sudah bermandi keringat. Setelah mandi aku memakai pakaian dan menuju ke taman yang tak jauh dari kompleks rumahku. Aku kaget si dia juga berada di taman. Tanpa pikir panjang aku langsung menghampirinya. “Hai....” ,kataku.
   
   Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.                                                            
“Hai.. boleh kenalan gak?” kataku sambil tersenyum lebar.
“Iya, ada apa?” katanya samgoobil menatap novel yang dibacanya.
“Aku boleh gak kenalan sama kamu, Namaku aliando syarief.” kataku sambil mengulurkan jemariku.
    
    Dia langsung berdiri lalu meletakkan bukunya diatas kursi dan memberi tahu namanya.
“Namaku Prilly.” katanya dengan senyum.
“Kamu tinggal dimana?” kataku sambil gugup.
“Aku tinggal disebelah kanan toko buku deket gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin” katanya.
“Oooo.... kamu anak baru yah?” kataku sambil memandang wajahnya.
“Iya, memang kenapa?” katanya sambil tersenyum lagi.         
“Tidak kenapa-kenapa kok.” kataku.
“owalah.” Katanya.
“Ayo aku temani jalan-jalan di taman ini. Lagi pula enak juga kalau suasananya begini-begini saja.”pintaku.
“Ok... baiklah.” Katanya dengan lembut.
  
    Langkah demi langkah mengawali perkenalanku dengan si dia yaitu Prilly. Kami berjalan mengeliling taman, dari pada hanya terdiam lebih baik aku memulai pembicaraan aku menanyakan banyak hal kepadanya. Dan kami selalu menyelingi pembicaraan kami dengan candaan cukup untuk mengocok perut hingga sakit.

    Sekarang sang mentari akan kembali ke peraduannya. Kami berjalan pulang bersama karena arah rumah kami searah. Prilly berada di depan kompleks sedangkan rumahku ada di lorong kedua sebelah kanan di kompleks tempat tinggalku. Sesampai di depan rumah prilly kami berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar.
  
    Suara teriakan ibunya yang memanggil membuat kami berdua kaget.
“Prilly...Prilly... ayo cepat masuk, sudah hampir malam nih!” teriak ibunya.
“Ya bu.. tunggu bentar!, Aliando aku duluan ya?” katanya dengan senyum.
“Iya...” kataku sembari membalas tersenyumnya.
“Kamu juga cepetan pulang, nanti di caraiin sama ibu kamu.” Katanya.
“Ok... aku pulang yah... dadah!” sambil berjalan dan melambaikan tangan.
Di Perjalanan, aku hanya bisa berkata “baru kali ini aku bisa cepat berkenalan dengan seorang gadis, apalagi gadis seperti Prilly.”
  
    Kini aku berjalan di antara jalan yang sepi dengan sedikit penerangan dari lampu jalan yang mulai redup dan di kerumuni serangga. Sesampai di rumah aku di marahi oleh ibuku.
“Kamu ke mana aja?” bentak ibu.
“Maaf bu, aku tadi dari keliling taman,” kataku sambil menundukkan kepala.
“Kenapa kamu dari tadi enggak bilang dulu kalau kamu mau ke taman.”bentak ibu sambil merah mukanya.
“Maaf bu, soalnya tadi ibu tidak ada di rumah.” Kataku sambil menunduk kepala.
“Kenapa kamu enggak telepon apa sms dulu,” bentak ibu.
“Maaf bu, soalnya aku tidak punyak pulsa.”kataku sambil menunduk kepala.
“Terus ngapain kamu ke taman dan sama siapa kamu ke taman!”bentak ibu.
“Aku cuman reversing doing bu,sama lihat-lihat pemandangan dan saya tadi ke taman sendirian, tapi tidak sengaja ketemu sama Prilly.”kataku sambil menunduk kepala.
“Prilly siapa yang kamu maksud?”bentak ibu sambil muka kebingunan.
“Dia anak satu kompleks perumahan ini bu.”kataku sambil menunduk kepala.
“Yaudah lain kali kamu jangan pulang telat lagi yah?” bentak ibu.
“Iya bu.” Kataku sambil menunduk kepala.
“Habis ini kamu segera makan malam.”kata ibu sambil menyiapkan makan malam.
“Iya bu.” Sembariku meninggalkan ibu di teras rumah.

    Keesokan paginya aku bertemu dengan Prilly, ternyata aku sama dia satu sekolahan. Kemarin aku lupa nanya sih.Aku langsung berlari menghampirinya.
“Prilly...Prilly... Tunggu aku!” kataku sambil berlari.
Prilly berhenti dan memegang pundakku.
“Masih pagi-pagi kok dah keringatan kayak gini?, ini usap keringatmu!” katanya sambil menyodorkan sapu tangannya.
“Iya nih, kamunya tuh.Kamu jalannya cepat amat.”kataku sambil enggos-enggosan.
“Iya maaf.”katanya sambil tersenyum.
“Ayo buruan entar pintu gerbang di tutup.”kataku sambil tersenyum.
  
   Sesampai di sekolah aku langsung ke kalas dan ternyata Prilly juga satu kelas sama aku. Dia duduk disampingku, karena iqbaal teman aku baru pindah sekolah dua hari yang lalu. Prilly naik dan memperkenalkan dirinya ke teman-teman kelasku.
“Hai perkenalkan namaku Prilly Latuconsina, Panggil aja aku Prilly. Aku baru pindah dari Makassar kemarin, semoga kalian semua bisa menjadi teman akrab saya.”
“Ok....”teriak semua temanku.

    Kini kami semakin dekat. Kami selalu bersama, kami duduk di depan kelas sembari
 bercerita tentang tugas sekolah.
“Kamu suka pelajaran apa?”tanyaku sambil tersenyum.
“Aku paling suka pelajaran matematika.”katanya.
“Kenapa kamu suka pelajaran itu?, padahal pelajaran itu agak rumit dan memusingkan.”kataku sambil menatap mukanya.
“Karena aku suka aja dengan pelajaran itu, kalau kamu sukanya pelajaran apa?”katanya sambil wajah membinggungkan.
“Aku paling suka dengan pelajaran bahasa indonesia, yah pelajaran sastra.”kataku.
“Kenapa kamu suka pelajaran itu.”Katanya.
“Seperti kamu tadi, aku suka aja dengan pelajaran itu. Aku sudah buat beberapa cerpen, mau baca?” kataku sambil menyodorkan beberapa cerpen karyaku.
“Ini buatan kamu?,aku gak percaya.” katanya sambil muka kebingungan.
“Iyalah, ini buatan aku. Kamu baca yah dan berikan saran, ok?”kataku.
“Ok....”katanya sambil tersenyum.
“Ttttttttteettt....”bunyi bel menandakan kami akan melajutkan ke pelajaran berikutnya. Tapi, guru yang mengajarkan tidak datang.
Jadi aku dan Prilly bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal-hal yang dapat mengocok perut.
  
     Tak lama kemudian, kami pun pulang. Aku bersama Prilly dan temanku yang lain berjalan menuju pintu gebang, menertawai hal yang tak patut ditertawai. Di perjalanan pulang Prilly berteriak.
“Auuuuhh sakit, Aliando bantu aku berdiri!”pintanya sambil meneteskan air matanya. Kaki prilly tersandung batu, dan kelihatannya kaki Prilly terkilir.
“Sudah jangan nangis dong, pasti kamu akan sembuh kok.” Kataku menyemangati.
“Auuuuhhh... sakit!!” katanya sambil merintih kesakitan.
“Sini biar aku obattin luka kamu deh, gak papa kan?”kataku sambil membawa obat luka.
“Iya gak papa, jadi aku gak enak sama kamu!” katanya sambil tersenyum.
“Sakit-sakit gini sempat aja ngelawak, sini naik cepat.” Kataku sambil tersenyum.
“hehehe... ya betul kataku, aku gak enak sama kamu?” tanyanya sambil tertawa.
“Gak papa, kamu sudah tak anggap seperti sahabat ku sendiri, masak sahabatnya kesusahan enggak dibantu.”kataku sambil tersenyum.
“Iya juga seh, tumben kamu kok pinter sekali.”katanya sambil melihatnya.
“Ya ya lah Aliando, masak Aliando gak pinter.”kataku sambil melihat prily dan tersenyum.
  
     Sesampai di depan rumah Prilly, ibunya yang sedang membaca koran kaget saat melihat kedatanganku yang menggendong Prilly.
“Prilly, kamu gak apa-apakan nak?”kata ibu yang terkejut.
“Gak apa-apa kok Bu.”kata Prilly.
“Kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang tante.”kataku.
“Terima kasih yah nak, boleh tau nama kamu siapa?” kata ibu.
“Iya sama-sama tante, Nama saya Aliando tante!”kataku sambil memperkenalkan diri.
“Iya terima kasih yah nak Aliando.”katanya sambil tersenyum.
“Iya tante sama-sama, sudah sore tan entar takut di cariin sama ibu saya, prilly, tante, Aliando pulang dulu yah?” kataku sambil berpamitan dan mencium tangan.
“Iya nak Aliando, kapan-kapan main ke rumah?”kata ibu sambil tersenyum.
“Baik tante.”kataku sambil melambaikan tangan.
  Sehabis mengantarkan Prilly pulang, rasanya kaki ku sakit banget. Tapi, tidak apalah daripada sahabat aku Prilly gak pulang gak bisa pulang ke rumah. Sesampai di rumah aku langsung melepas pakaian dan makan siang. Sesudah itu aku langsung tidur karena aku lelah banget udah gendong Prilly.
 Keesokan paginya aku menunggu Prilly di depan rumahnya. Saat melihat dia keluar rumah, dia sudah bisa berjalan dengan baik. Aku kaget dan bengong melihatnya.
“Woii kamu kenapa bengong kayak gitu?” tanyanya sambil mengkagetkan.
“Akh gak apa kok! Eh kok cepat amat sembuhnya?” kataku sambil kebinggungan.
“Iyaa nih, semalam aku dibawa ke tukang urut, rasanya sakit amat waktu di urut.” katanya sambil berjalan.
“Baguslah, daripada berjalan dengan pincang.”kataku sambil tersenyum.
  Sampai di sekolah teman-temanku berkumpul membicarakan sesuatu. Aku dan Prilly bergegas ke san dan mendengar apa yang di ceritakan teman-temanku itu.
“Teman-teman, besokkan kita libur bagaimana kalau kita liburan?” kata Nayla.
“Kita mau ke mana?” tanyaku memotong pembicaraan.
“Kita akan pergi liburan, baiknya kita ke mana?” kata Tristan
“Bagaimana kalau kita pergi ke tempat rekreasi yang terkenal.” kata Prilly
“Baiklah kita akan ke Tanah Lot!” kataku
 Tak sabar menunggu saat itu, aku menceritakan sedikit tentang Tanah lot kepada prilly. Kami tidak memperhatikan penjelasan guru, akibat cerita kami semakin mengasyikkan. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi. Rasanya aku tidak ingin berpisah dengan prilly walau sekejap saja. Tapi, mungkin itu cuman perasaanku saja. Kami berkeliling sekolah mencari hal-hal yang baru dan melupakan apa yang aku bayangkan tadi.

    Tidak lama kemudian, bel kembali berbunyi kami berlari ke kelas. Kami berlari sambil tertawa dengan senangnya. Rasanya hal ini adalah hal yang terindah bagiku. Sesampai di kelas kami duduk dan menunggu guru. Tak lama kemudian, guru yang mengajarkan pun datang. Tiba-tiba aku merasa agak tidak enak badan. Prilly iseng mencubit pipiku dan Prilly kaget.
“Aliando kamu gak apa-apa kan?” tanyanya dengan khawatir.
“Aku gak apa-apa kok.” kataku dengan nada yang pelan.
“Kamu sakit dan aku harus mengantarkan kamu pulang!” katanya sambil berjalan menuju guruku.
“Pak, Aliando sakit.” katanya sambil berbicara dengan pak guru.
“Baiklah bawah dia pulang, kamu mau mengantarkannya?”tanya pak guru.
“Iya pak aku bisa kok.” katanya sambil tersenyum.
 Berhubung sudah hampir pulang Prilly memasukkan barang-barangku ke dalam tas. Lalu dia juga membereskan barang-barang nya ke dalam tas juga.
“Ayo aku antar kamu pulang.”katanya sambil berpamitan kepada pak guru.
 Prilly meminta izin mengantar aku pulang. Sambil memegang jemari-jemariku dan sesekali memegang keningku. Prilly selalu bertanya tentang keadaanku. Tapi, aku hanya bisa menjawabnya dengan kalimat,”Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir.” Sesampai di rumah aku langsung di mengomel-ngomeli sama ibu.
“Assalammualaikum” katanya sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam” kata ibu sambil membuka pintu.
“Tante ini Aliando sama saya pulung duluan dari sekolah, soalnya Aliando ini sedang sakit.” katanya sambil wajah yang cemas.
“Ini sebabnya kalau makan tidak teratur, jadi sakitkan ini siapa yang ngurusin kamu, setiap hari kerja ngelayapan terus sampai malam.” kata ibu sambil muka yang memerah.
“Sudah tante, Aliando kan lagi sakit.”katanya sambil mengantarkan aku ke kamar.
“Biarlah nak, biar tahu rasa.”kata ibu sambil mengantarkan aku juga ke kamar.
“Kalau begitu aku pulang dulu tante.”katanya sambil menuju ke ruang tamu.
“Bentar nak kamu duduk dulu sebentar, boleh tau nama kamu siapa?” kata ibu sambil mengantarkan minuman ke Prilly.
“Nama aku Prilly, tante.” katanya sambil minum.
“Yaudah terima kasih yah nak Prilly, udah bawa pulang anak tante.”kata ibu sambil tersenyum.
“Iya sama-sama tante, yaudah Prilly pulang dulu ya tante, maaf udah ngerepottin tante.”katanya sambil bersiap-siap untuk pulang.
“Iya gak papa Prilly, malah tante yang ngerepottin.”kata ibu sambil berdiri di depan pintu.
“iya gak papa tante,saya pulang duluan te salam ke aliando.”katanya sambil bercium tangan ke ibunya aliando.
“Iya Prilly hati-hati di jalan,iya entar pasti tak salammin ke aliando nya.”kata ibu sambil tersenyum.
“iya tante.”katanya sambil tersenyum.
Aku melihat senyuman indah dari Prilly saat akan keluar dari kamarku.
***
Keesokkan paginya, rasanya badanku udah sehat. Aku bergegas menyiapkan barang yang akan ku bawa. Aku mandi dan sesudah itu berpakaian rapi dan lansung menuju rumah Prilly. Tapi, Prilly sudah berangkat duluan. Aku langsung ke sekolah, sampai di sekolah aku melihat Prilly dan langsung menghampirinya.
“Aliando, kamu sudah sembuh?”katanya sambil wajah yang kaget.
“Iya... aku sudah sembuh kok.”kataku sambil tersenyum.
“Betul kah kamu sudah sembuh.” katanya sambil meletakkan tangannya ke keningku.
“iya betul.”kataku.
Tak beberapa lama kemuadian, bus yang akan mengantarkan kami ke Tanah Lot pun datang. Aku duduk di belakang bersama anak laki-laki lainnya. Prilly berada di depan bersama teman perempuannya, di perjalanan rasa gelisahku semakin tak menentu. Aku memiliki firasat buruk dan tak berselang beberapa lama mobil yang aku tumpangi kecelakaan.
Aku merasa kepalaku sakit, saat ku pegang kepalaku mengeluarkan darah yang banayak. Tapi, yang ada di pikiranku sekarang adalah Prilly. Aku langsung berteriak dengan nada yang lemah.”Prilly... kamu gak apa-apa, kan?”. Aku tak mendengar suaranya. Aku melihat teman-temanku terluka dan mengeluarkan banyak darah. Saat aku ke tempat duduk Prilly, aku melihat kepala Prilly mengeluarkan banyak darah. Rasa sakit yang aku rasa membuat aku pingsan.
“Aliando... Aliando, bangun nak ibu disini” kata ibuku sambil menangis.
  
    Mendengar suara itu, aku langsung terbangun. Aku sekarang berada dirumah sakit, aku kaget dan berteriak.
“Dimana Prilly bu? Prilly baik-baik sajakan bu?.”kataku sambil muka cemas.
 ibu hanya terdiam sambil menatap ayah.
“Ibu apa yang terjadi?”aku mulai meneteskan air mata.
“Maaf Nak, kini Prilly sudah berada di tempat lain.”dengan nada yang pelan ibu memberitahuku.
“Jadi maksud ibu?”kataku sambil menetaskan air mata.
“Iya Nak, Prilly telah meninggal akibat kecelakaan kemarin.”kata ibu sembari memelukku.
“Tapi sebelum dia meninggal dia menitipkan surat ke ibu, ini suratnya.”kata ibu Prilly sambil nada pelan dan sedih.
“Iya bu, terima kasih.”kataku sambil menangis.
  
   Aku langsung duduk ke tempat duduk sambil membaca surat dari Prilly, dan membaca surat dari Prilly tersebut. Dan prilly berkata “Terima kasih ya Aliando kamu sudah mau menjadikan aku sebagai sahabat kamu, meskipun kita baru aja kenalan, terima kasih kamu sudah nemanin hari-hariku dengan kecandaan, bersekolah, bahkan membantu aku dalam kesulitan. Maaf ya kalau aku gak bisa langsung bicara di depan mu. Sebelum aku pergi, aku sempat melirik kamu dan memberi senyuman ku ke kamu, sebagai tanda perpisahaanku dengan kamu, dan kamu jangan lupakan kebersamaan kita ya Aliando.” Aku terdiam, menangis dan tidak berdaya, seolah-olah tidak ada yang nemani ku disaat aku menangis dan dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi senyuman terakhir dari dirinya.